Lotim sergapye–Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram, menggagas kegiatan pengabdian masyarakat berupa pendampingan pengembangan ekowisata bambu berbasis masyarakat di Sembalun.
Bekerja sama dengan mitra lokal yakni, Sembalun Community Development Center (SCDC) dan mitra luar negeri CERES Global, Australia. Kegiatan ini didanai Pemerintah Australia melalui hibah kompetitif skema Hibah Alumni atau AGS (Alumni Grant Scheme) yang diadministrasikan oleh Australia Awards di Indonesia.
Dalam kegiatan ini STP Mataram akan memberikan pendampingan pengelolaan ekowisata bambu dengan konsep. “Ekowisata Berbasis Masyarakat” , sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan bermanfaat untuk masyarakat setempat baik secara sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan.
“Konsep ini dinilai sangat tepat, untuk diterapkan di Sembalun. Dengan sumber daya alam kebun bambu yang luas, memiliki nilai historis, serta kearifan lokal yang sangat erat kaitannya dengan nilai sosial dan budaya masyarakat setempat”, jelas, Lia Rosida, project leader. Saat dikompirmasi media ini via Whatsaap, Senin (12/10).
Dikatakan, secara ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, ekowisata bambu berbasis masyarakat dapat menjadi alternatif bentuk pembangunan wisata di Sembalun. yang berada di wilayah kaki Gunung Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark. Maka dari itu, konsep tersebut digagas dengan melibatkan banyak pihak dari akademisi, pemerintah, dan tentunya masyarakat setempat.
“Dalam pelaksanaannya kegiatan pengabdian masyarakat ini menggunakan pendekatan partisipatif. Untuk memaksimalkan sumber daya manusia daerah setempat, dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengembangan ekowisata khususnya kebun bambu”, imbuhnya.
Lebih lajut, Lia, mengatakan. Dalam menghasilkan potensi ekowisata bambu yang berkembang yang didukung oleh masyarakat secara penuh, melalui pelibatan masyarakat baik dari segi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan hingga tahap evaluasi. Pengelolaan ekowisata tersebut tentunya juga bisa menjadi solusi arternatif untuk permasalahan parwisata di Sembalun saat ini.
“Selain menjadi sumber kesejahteraan masyarakat, juga menjadi win win solution untuk permasalahan pariwisata di Sembalun. Khususnya dampak sosial, budaya dan permasalahan lingkungan”, terangnya.
“Semoga dengan kegiatan ini, ekowisata bambu di Sembalun berkembang. Dan menjadi contoh bagi daerah lain yang memiliki potensi yang sama, tentunya dengan konsep yang sama pula”, harapnya.
Ditempat terpisah, Mujiono, Sekertaris SCDC, sangat mengapreasasi dan mendukung kegiatan yang akan diakukan oleh Sekolah Tinggi Parwisata (STP) Mataram. Serta atas sumbangsih dan pengabdiannya kepda masyarakat Sembalun khususnya.
“Atas nama SCDC, kami sangat berterimaksih dan mendukung kegitan dari STP Mataram. Untuk pendampingan ekowisata bambu bagi masyrakat Sembalun”, terangnya.
Dalam hal ini, lanjutnya, diketahui Sembalun sangat berpotensi menjadi salah satu destinasi ekowisata bambu. Selain itu untuk lebih dari penataan kebun bambu dan juga menambah income masyarakat lewat UMKM. Dan perlu diketahui juga, selama ini bambu hanya dijadikan pager, tali dan ajir oleh masyarakat Sembalun.
“Sangat di sayangkan jika kita tidak kelola dengan bagus, dan menjadi salah satu destinasi wisata di Sembalun nantinya. Kan Kalau dulu, para orang tua kita bambu itu dimamfaatkan sebagai bahan bangunan rumah, gandek (Gesek, bahasa Sembalun), meja dan banyak sekali. Bukan seperti sekarang ini hanya jadi pager dan ajir”, imbuhnya.
Ada pun peserta pelatihan atau workshop ekowisata bambu tesebut, sebanyak tiga puluh orang. Dari kelima Desa yang ada di Sembalun, yakni, Desa Sembalun Bumbung, Sembalun Lawang, Sembalun Timba Gading, Sembalun dan Sajang.
“Pesertanya tiga puluh orang, dan kita pusatkan di Sembalun Lawang. Karena kebun bambu dekat dengan pemukiman warga dan Bale Adat Desa Bleq Sembalun Lawang”, tutupnya. (ros)