• September 19, 2024
  • Last Update September 19, 2024 12:39 am
  • Nusa Tenggara Barat Indonesia

Pesona Alam Desa Pantai, Antara Mimpi dan Harapan

Pesona Alam Desa Pantai, Antara Mimpi dan Harapan

Penulis adalah wartawan sergapye.com

(Habibullah)

Aktifitas setiap individu dalam tataran normatif, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak terkecuali pula untuk refreshing ( bersantai ria) bersama keluarga dan kerabat. Bahkan, tak jarang keluarga yang berdomisili di kota ataupun luar daerah menginginkan suasana lain, sekedar untuk melupakan keseharian aktifitasnya. Sebagian besar individu umumnya masyarakat Lombok, khususnya Lombok Timur, tentunya akan lebih memilih pantai dengan debur ombak yang tidak ada duanya di dunia ini, kecuali di lautan. Kabupaten Lombok Timur yang sebagian besar wilayahnya dibatasi dengan lautan, tidak kalah pesona dan panoramanya dengan Provinsi Pulau Bali. Bali sudah bisa dikatakan sukses memanfaatkan potensi laut untuk setiap jengkal tanahnya. Bahkan, Bali mampu meraup Pendapatan Asli Daerah ( PAD) terbesar kedua di Indonesia setelah Kutai Kertanegara. Bali dengan potensi alam lautnya, mampu meraup keuntungan trilyunan rupiah. Padahal, kalau kita kaji lebih mendalam lagi, potensi alam laut kita tidak jauh berbeda, hanya Pulau Lombok, khususnya Lombok Timur butuh sentuhan dan polesan, yang entah siapa, entah kapan, entah apa, atau entah menunggu wangsit dan teguran, sehingga akan mampu menggerakkan kekuatan besar yang melakukan perubahan secara sim salabim. 42 Desa Pantai yang ada di Lombok Timur, dengan pesona alam yang sangat menjanjikan, mungkin bisa dihitung dengan jari desa yang mau melirik potensi ini. Itu pun tidak ada yang maksimal, sehingga secara otomatis tidak menghasilkan keuntungan yang maksimal pula. Desa Pantai yang memiliki akses jalan ke pantai, sekarang ini, masyarakat sekitar yang mempunyai inisiatif dan kreatifitas, menjadikan potensi pantai sebagai pemasukan tambahan. Mulai dari parkir ataupun sekedar menyiapkan kebutuhan seperti makan dan minum ala kadarnya. Itupun tidak ada tarif ataupun banderol khusus terhadap semua kebutuhan pengunjung, yang nota bene adalah masyarakat. ” Berapapun yang diberikan kepada kami, tidak pernah di persoalkan, yang penting ikhlas, ” kata salah seorang masyarakat di Kelurahan Ijobalit, Labuhan Haji, Sahibun. ” Pengunjung pantai Maik Anyir Ijobalit ini, ramainya musiman. Ketika ramai itulah baru ada pemasukan bagi pemuda-pemuda desa yang tidak memiliki pekerjaan, ” katanya seraya berkhayal, seandainya Pantai Maik Anyir ini dikelola dengan baik, yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung, tentu masyarakat akan ada penghasilan. ” Pantai Maik Anyir ini, memiliki fasilitas pendukung seperti di Bali, tentu akan ada pekerjaan buat kami pemuda dan masyarakat, ” katanya. Sahibun yang pernah bekerja di Bali, seringkali berkhayal untuk menyulap pantainya seperti pantai di Bali di mana dia bekerja dulu. ” Kami kebingungan, ke mana dan dimana kami menyandarkan harapan. Padahal potensi daerah kami ramai dikunjungi masyarakat untuk berwisata, walaupun itu masih sifatnya musiman, ” kenangnya. ” Andaikan seperti di Bali, maka setiap hari pula kami mendapatkan hasil untuk sekedar membeli kebutuhan hidup keluarga kami, ” sambungnya. Lain Sahibun, lain pula cerita Sukri, warga Ketapang, Pringga Baya. Pantai ini seringkali hanya sebagai tempat pasangan muda mudi untuk pacaran, dan hampir setiap hari ada. ” Kami hanya diberikan uang parkir, atau sekedar menjaga keamanan motornya saja. Apalagi kalo hari Minggu, bisa puluhan motor yang kami jaga, ” katanya. Sebagai pemuda setempat, terlalu pasrah dengan pekerjaan hariannya, soal permintaan ke pemerintah desa untuk memperbaiki akses jalan ke pantai, diakui memang tidak pernah dilakukan. ” Kami tidak yakin akan didengar, karena mereka menghabiskan waktu untuk mengurus yang lain. Jadi kami pun lebih baik mengurus diri kami sendiri,” ungkapnya. Itulah sekelumit kisah yang ditemui penulis. Sebagian besar masyarakat Desa Pantai yang tidak memiliki pekerjaan tetap dengan keanekaragamannya, sangat berharap, agar potensi pantai wilayahnya, dan menjadi tujuan wisata rakyat, mendapat perhatian dan sentuhan dari pemerintah. Tentunya dengan harapan, potensi pantai ini sebagai sumber penghasilan masyarakat sekitar. Tentunya, dari potensi ini juga bisa dijadikan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah seperti Provinsi Bali. Keanekaragaman budaya Lombok yang juga telah dikenal dunia, dengan potensi Alam yang mempesona, perlu menjadi perhatian dan pemikiran semua pihak terkait, dan tentunya membutuhkan sebuah tindakan nyata untuk merealisasikan mimpi dan harapan masyarakat Desa Pantai yang jumlahnya tidak sedikit. Pertanyaan yang mendasar di sini, siapkah pemerintah dengan segala perangkat dan sistem yang dimiliki untuk memulai? Dan Kapan? Potensi ini menguntungkan kedua belah pihak, yakni Rakyat dan Pemerintah, tapi siapakah Rakyat ? Siapakah Pemerintah? Jawabannya sangat bergantung dari diri kita sendiri.. Wallohua’lam bissawab… ( Habib)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *