Lotim sergapye— Pendakian gunung Rinjani masih menjadi primadona bagi para wisatawan meski dimasa pandemi Covid-19. Terbukti, sejak di launchingnya kunjungan ke Rinjani hingga berita ini diturunkan sudah ribuan wiastawan telah melakukan pendakian.
Namun rezeki yang diharapkan oleh para porter dan guide Sembalun untuk mengais rejeki di Rinjani sebagai pemandu wisata tidak sebanding dengan upah yang di dapat.
“Sejak pasca gempa kemudian disusul Corona, baru kali ini saya naik ke Rinjani”, ketus, Aziz, salah satu guide Sembalun saat dikompirmasi, Jumat (6/11).
Menurut Aziz, diberlakukannya kouta 45 per hari khusus di pintu masuk jalur Sembalun itu bagi dia dan para porter maupun guide lainnya sangat tidak adil. Karena kouta tersebut, bagi mereka tidak memberikan dampak yang signipikan untuk meningkatkan prekonomianan masyurakat Sembalun khusuanya yang bergerak di bidang jasa parwisata.
“Kalau begini terus, kami hawatir dapur tidak mengepul lagi. Apa lagi pada saat pandemi ini tidak ada pekerjaan lain yang kami andalkan”, akunya.
Hal senada di katakan Musliadi, porter sembalun. Sejak di Launchingnya pendakian gunung Rinjani, Kamis 27 Agustua tiga bulan yang lalau. baru tiga kali ia mengantar wisatawan ke Rinjani, Dimana sebelumnya dalam seminggu empat hingga enam kali ia maupun poeter lainnya mengantara wisatawan, bahkan ada beberapa Tour Organaiz (TO) di Sembalaun yang mengontrak jasa mereka.
“Sejak dibukanya Rinjani, baru tiga kali ini saya naik mengantar tamu. Kalu dulu tidak kurang 6 kali saya naik, ya tergantung pisik kita kalau kuat itu baru sehari kita dirumah naik lagi. Bahkan saya dulu dikontrak oleh beberpa TO Sembalun untuk menggunakn jasa saya”, terangnya.
Dimasa pandemi ini, lanjut, banyak porter yang tidak pernah naik sama sekali. Karena wisatawan mancanegara jarang yang naik ke Rinjani terlebih koutanya dibatasi oleh pihak TNGR, meskipun kelihatannya tiap hari ada wisatawan yang naik ke Rinjani namun itu semua wisatawan lokol yang jarang menggunakan jasa porter.
“Maka untuk itu, kami mohon kepda pihak TNGR koutanya dinaikan dari sekarang. Agar kami bisa mengais rejeki di Rinjani seperti dulu”, pintanya.
“Kalu sekarang hanya sekedar dapat makan, meskipun saat ini gaji porter naik Rp 250.000 per hari dari Rp 200.000 begitu juga dengan gaji guide yang sekrang Rp 300.000 per hari dari Rp 250.000”, imbuhnya.
Musliadi, mengaku pendpatannya dari jasa porter mencapai Rp 20.000.000 juta per tahun dari dibukanya pendakian hingga di tutupnya gunung Rinjani. Bersama para porter lainnya sangat mengharpkan kouta pendakian ke Rinjani di tambah, agar apa yang mereka harpkan kembali seperti dulu paling tidak kouta yang 45 orang per hari saat ini naik menjadi 100 atau 200 orang per hari, tentunya itu semua dikondisikan dengan masa pandemi ini.
“Kami paham dengan kondisi saat ini. Untuk itu semoga saja pak Kepala Balai TNGR segera menaikkan kouta pengunjung di Rinjani, agar ada tempat kami mencari rejeki di tengah pandemi ini”, harapnya.* (ros)