Lotim Sergapye–sungguh tragis dan menyedihkan, enam tahun sudah muridn SDN 02 Sembalun Bumbung Lombok Timur belajar di ruang kelas Darurat. Hal itu sangat disesalkan wali murid dan masyarakat setempat.
Sejak gempa bumi mengguncang Lombok 6 tahun silam, bangunan sekolah yang rusak parah hingga kini belum juga direnovasi, dan memaksa murid belajar dalam kondisi memprihatinkan.
Setiap hari, anak-anak harus berdesakan di ruang kelas darurat yang terbuat dari bahan seadanya. Lantai sering becek saat hujan, atap bocor, dan dinding lapuk.
Kondisi ini tak hanya mengganggu kenyamanan belajar, tetapi juga mengancam keselamatan mereka.
“Anak-anak sering bertanya, ‘Kenapa sekolah kita rusak terus?’ Mereka merasa sedih dan putus asa,” ungkap Sahlun, Kepala Sekolah SDN 2 Sembalun Bumbung, dengan nada pilu.
Kondisi sekolah yang memprihatinkan tak hanya berdampak pada proses belajar, tetapi juga pada psikologis siswa. Banyak di antara mereka yang merasa minder dan tidak semangat belajar.
“Mereka melihat teman-teman di sekolah lain belajar di gedung yang bagus, sedangkan mereka harus belajar di tempat yang seperti ini,” tambah Sahlun.
Upaya untuk memperbaiki sekolah sudah berkali-kali dilakukan, namun belum membuahkan hasil yang signifikan.
Pemerintah daerah maupun pusat seolah abai terhadap nasib ratusan anak yang merindukan ruang belajar yang layak.
“Kami sudah berulang kali mengajukan permohonan, tapi belum ada jawaban yang pasti,” ujar Sahlun.
Di balik kondisi sekolah yang memprihatinkan, tersimpan mimpi besar anak-anak Sembalun. Mereka ingin menjadi orang sukses dan membanggakan orang tua. Namun, mimpi itu terasa begitu jauh saat fasilitas belajar mereka sangat terbatas.
“Mereka punya potensi yang luar biasa, tapi bagaimana mereka bisa berkembang jika fasilitas belajarnya tidak mendukung?” tanya Sahlun.
Kisah SDN 2 Sembalun Bumbung ini seharusnya menjadi perhatian kita semua. Pendidikan adalah hak setiap anak, dan mereka berhak mendapatkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Mari bersama-sama mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan renovasi sekolah ini. Jangan biarkan mimpi anak-anak Sembalun terkubur dalam reruntuhan sekolah yang rusak.
Kanit UPTD Kecamatan Sembalun, H. Rumelan S.Pd membenarkan apa yang dialami para guru dan siswa SDN Sembalun bumbung.
Ia mengungkapkan, sudah bertahun-tahun kondisi SDN 2 Sembalun Bumbung memprihatinkan. Siswa terpaksa belajar di bangunan darurat yang rusak akibat gempa.
“Kami dari UPTD sudah berupaya maksimal dengan mengusulkan perbaikan berkali-kali, bahkan sampai ke tingkat pusat,” tuturnya.
“Kami juga sudah memastikan bahwa data sekolah di sistem Dapodik sudah benar dan lengkap,” imbuhnya.
Menurut informasi yang di terima, perbaikan sekolah ini akan dimulai tahun depan (2025). Namun, hingga saat ini kami masih menunggu kepastian dari Dinas Pendidikan Kabupaten.
“Kondisi sekolah yang sangat memprihatinkan ini membuat kami khawatir terhadap proses belajar mengajar,” keluh Rumelan.
Tidak hanya sampai di situ, sambung Rumelan menuturkan Ruang kelas bocor, lantai sering tergenang air saat hujan, dan jumlah ruang kelas sangat terbatas.
“Kami berharap pihak terkait dapat segera menindaklanjuti usulan kami agar siswa-siswa di Sembalun dapat belajar di lingkungan yang layak,” pungkasnya.(ros)