Mataam sergapye– Kelangkaan pupuk yang berimplikasi terhadap.kesuburan tanaman dan hasil produksi menjadi atensi Perkumpulan Solidaritas untuk Demokrasi (SOLUD) Nusa Tenggara Barat (NTB). Guna mencari solusi kelangkaan pupuk bagi para petani, Kamis 25 Februari 2021, SOLUD NTB menggelar Focus Group Discussion (FGD) di empat desa di Kecamatan Woha Kabupaten Bima, NTB.
Ketua Perkumpulan SOLUD NTB, Sapriatna Ach kepada awak media mengungkapkan, FGD tersebut mengusung tema “Petani Makmur Daerah Aman”.
“Peserta FGD terdiri dari kelompok tani, tokoh masyarakat, dan perwakilan perempuan. Dimana sesuai prokes penanganan Covid-19, jumlah peserta FGD sebanyak 20 orang,” ungkapny.
“Dalam sesi dialog kita banyak membicarakan terkait pengembangan industri pertanian, itulah yang menjadi ruh sehingga mengangkat tema ‘Petani Makmur Daerah Aman’,” imbuhnya.
Dikatakan, mencermati berbagai keluhan para petani yang merupakan tulang punggung pemenuhan kebutuhan pangan, kelangkaan pupuk juga berpotensi menganggu harkamtibmas khususnya di Kabupaten Bima.
“Jadi, kegiatan ini juga bertujuan agar tidak kembali terjadi pencegatan pendistribusian pupuk bersubsidi di wilayah Kabupaten Bima,” tandasnya.
Selain itu, lanjutnya, melalui FGD itu juga terungkap beberapa hal yang dikeluhkan petani selain kelangkaan pupuk.
“Intinya, masih banyak kendala yang dihadapi oleh para petani di wilayah ini, di antaranya susahnya air untuk keperluan pertanian saat musim kemarau dan gangguan hama,” ucapnya.
“Insya Allah, melalui forum FGD ini kita bisa menyerap berbagai keluhan atau aspirasi petani, untuk selanjutnya akan kita upayakan tersampaikan kepada pemerintah. FGD ini sudah kia mulai hari Rabu kemarin, insya Allah berakhir besok (Jum’at, red),” terangnya.
Adapun beberapa kesimpulan yang dari dua hari digelarnya FGD tersebut, di antaranya pengoptimalan pupuk bersubsidi yang diberikan pemerintah, dengan penggunaan seefektif dan seefisien mungkin.
“Yang kedua, membuat inovasi pertanian untuk tidak beketergantungan menggunakan pupuk, jika perlu menggunakan pupuk organik,” sebutnya.
Selanjutnya, para petani dimotivasi agar tidak hanya ketergantungan pada sektor pertanian, dalam arti mencari inovasi mata pencaharian lainnya di luar pertanian.
“Masih banyak terobosan yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Salah satu contoh, mengumpulkan sampah plastik yang nantinya dapat di jual atau di daur ulang, yang nantinya dapat menghasilkan profit,” jelasnya.
Di hadapan para peserta FGD, SOLUD NTB juga berpesan agar masyarakat di Kecamatan Woha senantiasa menjaga kondusifitas wilayah.
“Tetap jaga kondusifitas di wilayah dan tidak kembali melakukan tindakan pencegatan pendistribusian pupuk bersubsidi,” tutupnya.
Dalam kesempatan itu juga diadakan pernyataan sikap dalam menjagakonduifitas dan penerapan prokes Covid-19. (*)