Lotim Sergapye–Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan Gubernur NTB diminta turun tangan menyikapi anjloknya harga bawang putih petani Sembalun. Jangan biarkan masyarakat menjerit, saat produksi panen bawang hasilnya baik, justru harga tidak sebanding dengan biaya produksi.

Dikatakan hasil panen musim tanam tahun ini cukup bagus dan 90 persen petani Sembalun menanam bawang putih dibandingkan dengan tahun lalu yang berkisar 50 persen. Musim tanam tahun 2020 harga bibitnya Rpm 4-5 juta per kuintal, belum termasuk biaya saprodi mulai dari penggarapan lahan mencapai Rp 4 juta lebih dengan luas lahan 12 are.
“Hasil produksi yang bagus, tidak sebanding dengan harga. Terlebih dengan biaya produksinya mahal karena pupuk dan obat kimia (Insektisida) harganya naik tiap tahun”, jelasnya.
Penjualan harga basahnya turun derstis, begitu juga dengan keringnya tidak ada yang mau beli meskipun dengan kulitas super. ia berharap pemerintah maupun dinas terkait hadir untuk mengatasi permasalahan harga agar petani tidak kebingungan.
“Seharusnya pemerintah peduli dengan nasip kami, jangan saat waktu ada progeram saja mereka hadir. Untuk itu kami harapkan pemerintah mencarikan kami solusi terkait dengan harga”, harpanya.
Keluhan senada disampaikan petani bawang putih lainnya, Sugeng Wahono mengaku, anjloknya harga bawang putih terjadi sejak pandemi virus corona.
“Harga di sawah tahun lalu bisa tembus Rp 15 ribu per kilo geram di sawah. Sekarang harganya Rp 5.000-7.000 per kilogram. Sedangkan untuk kering satu bulan terjual Rp 10 ribu per kilogram”, Ungkapnya
Sugeng, yang juga penangkar benih bekerja sama dengan salah satu imfortir mencoba menggerakkan para penangkar untuk menyetok benih. Namun jika tidak diimbangi dengan serapan APBN atau progeram swasembada bawang putih tidak dilanjutkan maka penangkar pun tidak bisa berbuat banyak.
“Para penangkar juga takut untuk menyetok benih, karena menjadi penangkar benih itu butuh modal besar”, tutupnya. (Ros)