Lotim sergapye—Mengantisipasi penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayah Kecamatan Sembalun, Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Puskeswan setempat giatkan kesehatan hewan keliling sekaligus melakukan investigasi penyakit tersebut pada hewan ternak di wilayah Sembalun.
Kepala UPT Puskeswan dan Peternakan Kecamatan Suela dan wilayah kerja Kecamatan Sembalun, Drh. Ikhwan menuturkan. Sejak munculnya PMK di wilayah Sembalun hingga saat ini timnya terus bergerak melakukan penyuntikan vaksin sekaligus investigasi penyakit tersebut.
“Penyakit ini pertama kali muncul di Sembalun Bumbung pasca lebaran kemarin, bermula sebanyak 9 ekor sapi yang terjangkit PMK,” tuturnya, saat dikonfirmasi, Sabtu (28/).
Begitu dapat info gejalanya mirip dengan di Aikmel, Ia langsung menginstruksikan para petugas lapangan yang ada di Sembalun untuk memberikan obat Analgesik, Antibiotik dan Vitamin.
“Sejak itulah hingga saat ini kami berjibaku mencegah penularan PMK di wilayah kerja kami, supaya masyarakat tidak khawatir lagi dengan hewan ternaknya,” kata Ikhwan.(ros)
Upaya pencegahan penyebaran PMK, pihaknya juga telah bekerjasama dengan Kapolsek, Koramil, Camat dan stakeholder yang ada di daerah setempat. Terutama bagaimana bagaimana melakukan pembatasan terhadap hewan, para peternak dan saodagar sapi. Langkah ini dianggap paling tepat untuk mencegah penyebaran.
“Untuk membatasi mobilitas penyebaran PMK, karena penularannya sangat cepat. Ketika ada ternak yang terjangkit kita minta supaya segera dilaporkan ke petugas, supaya cepat ditangani,” pungkasnya.
Dijelaskan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Foot and Mouth Disease adalah penyakit hewan yang cepat menular menyerang hewan berkuku belah (cloven hoop), seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, rusa/kijang, onta dan gajah.
Tingginya tingkat penularan PMK melalui kontak langsung dari hewan sakit ke hewan sehat lain maupun melalui berbagai media lainnya yakni material yang terkontaminasi seperti jerami, pakan ternak, air, susu, air kencing dan lainnya, bisa melalui pakaian/baju dan peralatan yang kotor, bangunan/kandang dan juga kendaraan untuk mengangkut hewan yang terkontaminasi.
“Pada kondisi cuaca tertentu virus ini bisa menyebar melalui angin disekitar peternakan,” terangnya Ikhwan.
Ade menegaskan, penyakit mulut dan kuku bukan merupakan penyakit biasa, melainkan penyakit yang luar biasa karena penyebaran virusnya sangat cepat pada hewan hingga tingkat kesakitan 100 persen pada hewan yang terjangkit.
Disamping itu, karena PMK adalah penyakit virus yang tidak dapat diobati, maka upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah dengan meningkatkan kondisi kesehatan ternak melalui pemberian vitamin dan menjaga kebersihan kandang ternak.
“Meski demikian kita harapkan peternak maupun masyarakat tidak panik, karena resiko kematiannya sangat rendah dibandingkan dengan penularannya begitu cepat. Semoga masyarakat kita tidak khawatir dan jika ternaknya terjangkit segera dilaporkan ke petugas lapangan,” harapnya.
Untuk diketahui ikut serta dalam giat tersebut, Serkapudin S.Sos, MM, Camat Sembalun didampingi Babinkamtibmas Polsek dan Koramil Sembalun, serta tim kesehatan Poskeswan setempat.
Medik Veteriner Puskeswan Sembalun drh. Neni menambahkan, pihaknya melakukan pelayanan kesehatan keliling sekaligus memantau perkembangan kesehatan hewan disejumlah titik lokasi yakni, di lokasi peternakan sapi warga setempat.
Sementara itu hingga saat ini, jumlah keseluruhan yang terdampak PMK di wilayah Sembalun sebanyak 261 ekor sapi dengan perincian sebagai berikut. Yang masih sakit 177 ekor, sembuh 84 ekor dan yang dipotong hanya 2 ekor.
“Tiap hari kami keliling melakukan penyuntikan dan memantau perkembangan sapi terutama yang sakit. Sementara yang sehat tidak kami pantau, guna membatasi mobilitas penyebaran PMK,” terangnya.
Neni menjelaskan, indikasi sehat pada hewan yang diperiksanya ditunjukan oleh tanda tanda yang ada pada hewan ternak sehat seperti mulut bersih, lidah berwarna rose tidak pucat, dan tidak mengeluarkan lendir.
“Selain itu dilihat secara fisik kaki hewan normal dan tidak ada kepincangan, termasuk tidak ada luka pada kuku,” jelas Neni.
“Untuk itu, masyarakat harus tetap waspada dan terus melakukan pencegahan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan hewan ternaknya”, tutupnya.(ros)