• November 21, 2024
  • Last Update November 21, 2024 9:53 am
  • Nusa Tenggara Barat Indonesia

Antara Pemuda dan Sampah Masyarakat

Antara Pemuda dan Sampah Masyarakat

Oleh: Muhammad Yusuf Maulana
Mahasiswa UIN Mataram, Jurusan Per Bankkn Syariah

Adagium pemuda adalah pesta dan candu bagi pemilik dan pelaku otoritas, pejabat, dan politikus, pemuda sebagal komoditas mempunyai nilai jual tinggi yang mendekati sama dengan khalayak miskin di Desa atau kota, sebagai alat memperoleh kuasa dan pendongkrak popularitas.
Popularitas sebagai sebuah prestise dan hasil kerja politik kelak dikamuflase menjadi barang antik dengan multi khasiat, diracik, sesuai keperluan tampa didasari pertimbangan manfaat dan mafsadat. Pemuda akhirnya tumbuh dan berkembang seperti keinginan penguasa, politikus dan penguasa pemerintah, pemuda tidak lagi hidup dan bertumbuh tambah naluri dasarnya sebagai Agen of change.
Dalam referensi kepemudaan, perkembangan dan kemandirian suatu bangsa diukur dengan kifrah dan kontribusian pemudanya, semakin pemudanya berkiprah semakin tumbuh bangsa itu, terdapat banyak indikator penting sebagai alat ukur perkembangan bangsa dilirik dari pemuda, salah satunya adalah kesetaraan antara persepsi kemahiran dan kesadaran implementasi dari disiplin kemahiran Pemuda.
Kesadaran pemuda adalah estafet perjuangan bangsa yang kuat dan penting, lemah dan lalai terhadap kesadaran pemuda akan berhujung runtuhnya loyalitas pemuda untuk bangsanya. Bangsa yang ingin tumbuh kuat dan besar harus mempunyal savety sistem dan detektor untuk menyadap informasi yang berkeluyuran disekitar mereka kelak merubahnya menjadi umpan untuk membangkitkan kemball hasrat pemuda.
Indonesia sendiri secara umum dan Mataram secara khusus mempunyai masalah yang serupa yaitu menghasilkan 950 ton/hari sehingga apabila dikalkulasikan dengan jumlah warga maka dalam seharinya sampah yang dihasilkan di Indonesia sejumlah 346 976,70 ton pertahun. Kondisi ini oleh pemuda akan diubah oleh detektor sensorik mereka, kelak disimpan dalam savety sistemnya lalu diolah menjadi umpan balik untuk melahirkan kesadaran kaum muda dalam masalah penuntasan sampah Inilah yang dimaksud oleh Q.S 18:13.
Kondisi pemuda yang hari ini lebih memilih tinggal dalam gua yang sunyi tanpa hingar-bangar adalah bukti ketumpulan mereka dalam menyikapi suatu persoalan, mereka adalah pemuda yang gagal faham kecuali mereka akan terbangun dan menyadari betapa era telah melahap masa lalu mereka dan terhempas jauh kebelakang. Ditinggal oleh era dan peradaban sebelum mampu berbuat. Pemuda yang beriktikad sebagaimana maksud ayatdiatas haruslah merespon positif perkara yang terjadi di kawasan dan mengubahnya menjadi hal hal yang bisa bernilai ekonomis, bukan tidur dan menyangka nyaman didalam persembunyiannya.

Penulis : Muhammad Yusuf Maulana
Email : ym721376@gmail.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *