• March 15, 2025
  • Last Update March 15, 2025 6:04 am
  • Nusa Tenggara Barat Indonesia

Sampah Kawasan Wisata Sembalun Ganggu Kenyamanan, Tanggung Jawab Siapa?

Sampah Kawasan Wisata Sembalun Ganggu Kenyamanan, Tanggung Jawab Siapa?

Lotim Sergapye–Kawasan wisata Sembalun Lombok Timur, ternodai.oleh sampah. Bila sampah terus menumpuk di kawasan wisata Rinjani, lambat laut akan ditinggal wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Geliat pembangunan kawasan wisata Sembalun, bahkan belakangan ini boming dikalangan wisatawan. Kemolekan alam dan sejuknya udara membuat Sembalun dan sekitarnya menjadi daerah tujuan wisata paling banyak dikunjungi di pulau Lombok.
Pemerintah telah membangun berbagai fasilitas dari jalan yang mulus dan berhotmik, sarana publik hingga investasi berdatangan bukan saja kunjungan wisatawan tapi hotel juga terbangun disejumlah tempat stratgis.
Sayangnya Sembalun yang indah kini kotor dan mengeluarkan bau oleh tumpukan. sampah terlihat di sepanjang jalan bahkan sungai dijadikan Tempat Pembuangan sampah bukan saja oleh masyrakat setempat juga para wisatawan.


“Kita perihatin melihat kondisi saat ini, tidak sebanding dengan program “Zero Waste” yang selalu digaungkan Pemprov NTB “, Ketus, Rijalul Fikri, ketua Komunitas Pemerhati Lingkungan Hidup Sembalun Pencinta Alam (KPLH-Sembapala), saat ditemui di rumahnya, Minggu (23/8/2020).
Menurutnya pemerintah mulai di tingkat Kecamatan, Pemkab maupun Pemprov dilihatnya hanya sebatas program dan belum maksimal.
“Saya belum melihat keberhasilan dari “Zero Waste” yang menjadi progeram unggulan Pemprov NTB, khususnya di kawasan wisata Sembalun”, sambungnya.

Disebutkan ada beberapa faktor kendala penanganan sampah di Kecamatan Sembalun sehingga sulit dilakukan. Seperti minimnya kesadaran setiap individu, tidak adanya regulasi dan konsep yang jelas untuk penanganan sampah dari para pemangku kebijakan.

“Tanggung jawab terkait dengan sampah ini, harus dilakukan oleh semua stekholder. Tidak cukup dari masyarakat, tetapi pemerintah juga harus menyiapkan dengan pasilitas-pasilitas yang ada pun mengedukasi masyarakat secara kontinyu tidak cukup sehari atau dua hari”, pungkasnya.

Yang membuat miris, kondisi saat ini, sungai dijadikan TPA samapah oleh sebagaian masyarakat setempat. Untuk itulah seringkali ia menawarkan konsep cara penanganan sampah yang peraktis baik itu ditingkat Desa maupun Kecamatan, denga konsep Ecoberik.

“Sangat miris sekali, karena sekarang ini sungai beralih pungsi menjadi TPA. Seharusnya sungai tempat mengalirnya air yang bisa dimamfaatkan oleh masyarakat untuk mencuci, mandi dan yang lainnya”, ungkapnya.

Ditempat terpisah, Baiq Seri Mulia, ketua komunitas Perempuan Sembalun Belajar mengatakan, masalah sampah adalah masalah kelasik, belakangan ada perubahan dinamika di masyarakat yakni sungai menjadi sumber kehidupan dan sungai berubah menjadi tempat pembuangan sampah.

“Kenapa sampah sampai saat ini belum teratasi, karena banyak faktor. Diantaranya, banyak program yang sifatnya seporadis dan kurangnya kolaborasi, kemudian tidak terkonsep dengan baik dan dukungan dari pemerintah”, jelasnya.

Dulu sumber sampah itu berasal dari rumah tangga dan dari pertanian, itu lumayan sulit untuk mengatasinya. Sekarang sumber sampah itu banyak sekali, selain yang kedua tersebut sampah dari limbah hotel atau pun homestay yang ada di Sembalun.

“Kami dari Komunitas perempuan, melihat permasalahan sangt memprihatinkan. Semuanpohak harus turun tangan baik pemerintah Lotim, kecamatan hingga pemerintah desa,para pemangku pengelola wisata dan masyarakat,”pintanya.
Bila perlu ada aturan khusus Sol sampah, desa juga membuat awik awik. Bila perlu yang membuang sampah disembarang tempat di denda.
“Kami merindukan kebersihan Sembalun tempo dulu, air sungai jernih dan bersih bahkan tempat ibu mandi dan bermain anak anak-anak, begitjuga lingkungan tempat tinggal yang bersih dan nyaman,”imbuhnya.(Ros)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *