• September 19, 2024
  • Last Update September 19, 2024 12:39 am
  • Nusa Tenggara Barat Indonesia

Ritual Asuh Gunung dan Segara Anak Masyarakat Desa Sajang

Ritual Asuh Gunung dan Segara Anak Masyarakat Desa Sajang

Lotim Sergapye— Selimut awan tebal menggantung tampak begitu dekat pada jalanan bebatuan yang terus menanjak, Sesekali kebisuan langit dipecah oleh suara gemuruh ,tak berselang lama gerimis pun berjatuhan.

Sepanjang jalan setapak yang dilintasi, Kiri kanannya terlihat padang sapana yang elok nan indah memanjakan mata. Sesekali terdengar kicaowan burung mengiringi langkah para tetua kala itu,

Siang itu selepas shalat zuhur, Kamis (12/8). Warga Desa Sajang, Kecamatan Sembalun Lombok Timur. Mengadakan prosesi ritual Asuh Gunung dan Danau Segara Anak, di Tenge-ngea pos 2 jalur pendakian Gunung Rinjani melalui pintu masuk Sembalun.

Sebelum acara puncak dilaksanakan, para lang-lang gunung terlebih dahulu disembek bersama masyarakat desa setempat oleh tetua maupun pemangku adat desa tersebut. Karena para lang-lang gunung lah yang ditugaskan untuk menaburkan air ritual menggunakan dedaunan khusus mulai dari bale lokaq Desa Sajang hingga ke Tenge-ngea.

“Terlebih dahulu kita berdoa, dan menentukan siapa saja yang ikut bersama lang-lang gunung. Untuk melkukan ritual dan doa dilokasi yang sudah ditentukan, sejak dulu oleh para leluhur kami”, jelas, Sumenp, salah satu tetua Desa Sajang yang tau sejarah Asuh Gunung. Saat ditemui oleh media ini di sela-sela acara.

Dari penuturan peria ramah ini pula, tradisi Asuh Gunung yang diselenggarakan berdasarkan ada bencana alam menimpa warga setempat. Sehingga tidak ditentukan waktu dan tahunnya, Tradisi ini, tuturnya, diperkirakan sudah ada sekitar 500 tahun yang lalu. Nenek moyang mereka melaksanakan ritual ini untuk berdoa “Asuh Gunung” agar tetap dijaga keselamtan dan terhindar dari segala bencana yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi.

“Tradisi ini dilakukan di Dusun Sajang saja. Di sinilah (Bale Lokaq-red) orangtua kami pertama kali mengadakan ritual dan berdoa”, ucapnya.

Sumenp, tahu persis bagaimana peristiwa ritual Asuh Gunung. Itu sebabnya ia dipercaya oleh masyarakat setempat untuk menceritakan prosesinya. Yang jelas, teradisi ini diketahuinya sudah dilaksanakan turun temurun hingga sekarang, padahal ia bukan keturunan pemangku ataupun lang-lang gunung.

“Saya masyarakat biasa, bukan dari keturunan pemangku ataupun yang lainnya. Hanya saja kebetulan dari sekian banyak para tetua di desa kami, sayalah yang paling ingat prosesi ritual ini”, akunya.

Sementara itu, Berititus Rio Wibianto, Kepala seksi 2 Taman Nasional Gunung Rijnani (TNGR) Lotim, mengagumi dan mengapreasasi ritual yang dilakukan oleh masyarakat Sajang. Ritual tersebut salah satu cara masyarakat adat untuk melestarikan alam dan menjaga ekosistem yang ada didalamnya, sehingga hubungan alam dengan manusia itu seimbang terlebih ritial ini dilakukan dalam kawasan TNGR.

“Luar biasa dan salud kepada masyarakat adat Desa Sajang, yang telah berinisistif mengadakan acara seperti ini. Ini kan betuk keterpaduan TNGR dengan komunitas adat dengan tujuan yang sama, untuk melestarikan dan menjga alam itu sendiri”, pungkasnya.

Rio, sapaan akrabnya lebih lanjut mengatakan, TNGR mempunyai tagline baru yakni, Rinjani Kita ” The Bauty of Nature and Culture” dan suatu kehormatan bagi pihaknya hadir dalam acara tersebut. Meskipun ini kesepakatan tidak tertulis namun pisinya sama untuk mensejahterakan masyarakat dan mlesetarikan Gunung Rinjani.

“Kami sangat mendukung, dan suatu kehormatan bagi kami hadir pada hari ini. Karena bukan hanya keindahan alam namun budayanya. Artinya suatau keterpaduan antar komunitas adat dan TNGR untuk menjaga gunung Rinjani dari dulu”, imbuhnya.

Adapun yang hadir dalam acara Adat Ngasuh Gunung, Segara Anak dn ngasuh masyarakat Dusun Sajang Yakni, HM Zaidar Rohman, Camat Sembalun beserta setaf, Berititus Rio Wibianto Kepala Seksi 2 TNGR Selong, beserta Taopikirahaman Kepala Resort Pos TNGR Sembalun, Rupnih S.Ag, anggota DPRD Lotim, MAYOR MUHDAR, HL Kanahan, Kades Sajang, Rusdi, Kades Bilok Petung, Tokoh Adat dan tokoh Masyarakat Desa setempat. Acara teresebut berjalan dengan aman dan Lancar. (Ros).

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *