• November 22, 2024
  • Last Update November 22, 2024 2:55 am
  • Nusa Tenggara Barat Indonesia

Setigma Negatif Penanganan Virus Corona Dicuriga Ladang Mencari Keuntungan

Setigma Negatif Penanganan Virus Corona Dicuriga Ladang Mencari Keuntungan

Lotim Sergapye–Stigma negatif penanganan covid19 dan besarnya biaya yang digelontorkan pemerintah untuk biaya perawatan menjadi pertanyaan masyarakat.
Ada dugaan pihak tertentu memanfaatkannya untuk mencari keuntungan ditengah penanganan pandemi virus Corona yang sangat masif.
”Anggaran yang digelontorkan pemerintah sangat besar dan biaya untuk satu pasien positif sangat pantastis dari Rp. 150 juta sampai Rp. 250 juta,” tanya awak media kepada tim gugus tugas penanganan covid19 Lotim saat jumpa pers bertempat di balai wartawan Selong.
Ditanyakan apakah virus Corona itu ada atau aekedar halunisasi, bohongan atau sebuah fakta dengan motif tertentu untuk membuat masyarakat ketakutan.
”Katanya virus ini belum ada obatnya, tapi pasien yang dirawat sembuh, korban meninggal juga bukan semata faktor virus Corona tapi ada bawaan penyakit lainnya, “tanya Zulhairi wartawan senior NTB.
Begitu juga pasien terpapar positif, keluarga tidak melihat kepedihan sakit yang dirasakan korban. Jangan sampai semua ini bohongan untuk mendapat keuntungan dari biaya besar yang dikeluarkan pemerintah untuk penanganan covid19.
Ketua pelaksanan harian gugus tugas Lotim, Juani Taufik menjawab pertanyaan yang disampaikan awak media.
“Kami tidak menafikan adanya stigma negatif masyarakat terhadap penanganan covid dan tudingan lainnya,”tandasnya.
Taufik yang juga Sekda Lotim menyatakan selama ini pemerintah berbuat yang terbaik, menggelontorkan uang besar yang terukur semua itu untuk kepentingan masyarakat.
“Kami bekerja sesuai aturan dan SOP, kalaupun ada stigma negatif itu hak masyarakat memberikan penilaian. Biaya pasien positif corona cukup mahal, karena APD atau alat kesehatannya dibeli dari luar negeri. Beberapa alat tertentu saja yang diadakan dari dalam negeri.
Terkait pesakitan Corona dan bagimana pasien merasakan sakitnya. Kata Taufik hanya pasien itu yang rasalan sakitnya.
“Ibarat orang lagi kasmaran, hanya mereka yang sedang jatuh cinta merasakan senang dan berbunga hatinya , bukan dirasakan orang lain,”tandasnya.(red)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *