Lotim sergapye— Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah hadir di acara Wellness of Sembalun, berlangsung di Rest Area Sembalun Kecamtan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.
Acara yang digelar dua hari, yakni 16-17 September 2023 ini di inisiasi oleh Destination Management Organization (Sembalun DMO) kolaborasi dengan Pentahelix Pariwisata NTB Geopark Rinjani dan Sembalun Nina, dalam mendukung Sembalun sebagai Destinasi Wellness.
Wagub NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah menyebutkan bahwa keindahan Sembalun Kabupaten Lombok Timur sudah tidak perlu diragukan lagi.
Target pertumbuhan sektor pariwisata terus ditingkatkan setiap tahunnya, pada tahun 2022 kawasan Rinjani ditargetkan akan menerima 1 juta kunjungan atau jika diratakan 2.379 orang setiap harinya.e
Keindahan Sembalun kata orang nomer dua di NTB ini harus tetap terjaga dari generasi ke generasi. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber talk show Wellness of Sembalun bersama para kepala desa di Kecamatan Sembalun.
Mengawali sesinya, Umi Rohmi sapaan akrab Wagub mencontohkan Swiss sebagai salah satu negera di luar negeri yang terkenal akan keindahan alamnya. Ia menyebut jika Sembalun yang merupakan destinasi pariwisata unggulan NTB ditata dengan baik tak kalah indahnya dari Swis.
“Kalau Sembalun ini ditata, akan lebih indah dari Swiss. Tentunya bersinergi dengan semua pihak, terutama masyarakat setempat. Buang ego sektoral yang kita miliki,” ujarnya.
Umi Rohmi mengingatkan bahwa, keindahan alam yang dimiliki Sembalun adalah anugerah dan nikmat dari Allah SWT. Oleh karena itu, wujud rasa syukur akan nikmat yang diberikan Allah SWT adalah dengan menjaga dan merawat keindahan alam yang telah dianugerahkan tersebut.
“Kalau kita tidak tata betul Sembalun ini, jaga betul keindahannya, kelestarian alamnya, sumber airnya, pengelolaan sampahnya dan budayanya. Tinggal menunggu waktu
“Luar biasa indah, tapi hati-hati kalau kita tidak segera berbenah. Artinya kalau kita tidak tata betul Sembalun ini, jaga betul keindahannya, kelestarian alamnya, sumber airnya, pengelolaan sampahnya dan budayanya. Tinggal tunggu waktu, akhirnya kita akan menyesal dan menangis bersama,” kata Umi Rohmi.
Bahwasanya dibalik keindahan luar biasa yang dimiliki Sembalun, jangan lupa ada kewajiban yang menanti. Kewajiban itu apabila dilakukan secara gotong-royong bersama, maka akan terasa ringan karena tujuannya adalah untuk generasi yang akan datang.
“Sekali lagi saya tegaskan dan mengajak kita semua, terutama masyarakat dan pemdes yang ada di Sembalun. Mari kita gotong royong bersama untuk menata keindahan Sembalun yang tiada duanya ini,” tegasnya.
Semntara itu, Direktur Sembalun DMO, Baiq Sri Mulia memaparkan peningkatan target kunjungan ini belum diimbangi dengan tata kelola yang baik di destinasi pariwisata seringkali menghasilkan trade-off yang merugikan semua pihak karena daya serap yang rendah.
“Sebelum pandemi, eksentrisitas pariwisata sudah mulai dirasakan di Sembalun. Disintegrasi sosial dan terbatasnya saya dukung lingkungan tidak bisa mengakomodir cepatnya laju pembangunan,” jelas Baiq Sri Mulia, dalam sambutannya.
Gempa dan pandemi, lanjut perempuan disapa Lia ini menambah kompleks permasalahan. Isu-isu yang bersifat lintas batas seperti air, sampah dan pariwisata selama ini berusaha diatas oleh pemdes setempat.
Melalui program-program mandiri dengn konsep dan perencanaan yang belum memadai, sehingga belum mampu mengatasi permasalahan yang bersifat lintas batas administrasi desa seperti permasalahan tersebut.
“Belajar dari pengalaman ini, pendekatan kawasan menjadi satu-satunya solusi. Tidak hanya untuk menyambung kembali komunikasi antar wilayah administrasi, akan tetapi juga merevitalisasi kearifan lokal kepaeran Sembalun. Menjadikan Sembalun satu kesatuan budaya dan sosial kemasyarakatan yang kohesif melalui kerja-kerja kolaborasi,” paparnya.
Ia mengakui, beragam upaya yang telah dilakukan sebelumnya, tapi belum mampu mempertemukan ke-enam kepala desa dalam sebuah forum diskusi.
“Talk show ini saya harapkan, akan mampu menjadi permulaan untuk membangun pemahaman dan keterbukaan pikiran kearah kerja-kerja kolaborasi. Guna untuk membangun pariwisata Sembalun dengan pendekatan kawasan sebagai sebuah ekosistem,” harap Lia.
Masing-masing pengelola, sambung Lia menerapkan aturan yang beragam. Hal ini tidak hanya berdampak buruk bagi kohesivitas internal, juga akan mempengaruhi citra kolektif terhadap Sembalun sebagai sebuah destinasi.
Untuk itu, pendekatan kepaeran menjadi sebuah keharusan sebagai adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan yang dibawa industri pariwisata. Revitalisasi kearifan lokal dan adat istiadat menjadi pilihan, karena hal ini tidak hanya berdampak bik dalam usaha membangun ekosistem bermasyarakat yang kohesif.
“Selain itu juga berdampak pada perbaikan hubungan antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya,” ujar Lia.
Lia menambahkan, sangkep bleq menghasilkan 58 butir usulan awik-awik yang semuanya lolos uji publik. Pada proses pertimbangan, dipilih tiga butir awik-awik yang menurut penilaian bersama mempunyai derajat kedaruratan paling tinggi.
Berikut ke tiga awik-awik yang dipilih yaitu.
1. Polisi suara dari aktivitas wisata
Maksudnya, penggunaan pengeras suara hanya boleh dilakukan pada malam Minggu dengan volume radius maksimal 50 meter, di luar ketentuan dan harus ada ijin keramaian.
2. Sampah dari aktivitas wisata
Dilarang keras membuang sampah di wilayah kepaeran, kecuali ditempat yang telah disediakan.
“Dan yang ke 3, penggunaan air untuk aktivitas wisata. Maksudnya, bagi para pengusaha pariwisata yang berasal dari luar paer Sembalun. Diharuskan membayar sinih air kepada kesuburan di wilayah sumber air masing-masing, “jelasnya.
“Pelanggar akan dikenakan saksi denda, masing-masing 1juta, 2juta dan 5juta rupiah untuk pelanggaran ringan, sedang dan berat,” tegas Lia.(Ros)