Lotim Sergapye – Akhir-akhir ini petani di Lombok Timur mengeluh kan kelangkaan pupuk bersubsidi. Menyikapi kekurangan dan kelangkaan pupuk bersubsidi, Dinas Pertanian, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) memberikan solusi agar masyarakat petani tidak terlalu bergantung pada pupuk Anorganik subsidi, seperti Urea, NPK, NPK Formula, yang semakin langka dan mahal saat sekarang ini.
Sahri sebagai Kadis Pertanian Lombok Timur ,menyampaikan terkait kelangkaan pupuk anorganik subsidi tersebut kemampuan negara saat ini yang hanya mampu mensubsidi masyarakat terkait pupuk anorganik tersebut sebesar 45% dari yang dulunya 100%.
“Selebihnya pupuk yang turun itu pupuk non subsidi dan ini berlaku di seluruh daerah, termasuk Lombok Timur, karenanya saat ini yang perlu dilakukan yakni solusi untu masyarakat untuk beralih dari memakai pupuk anorganik menjadi pupuk organik,” ucapnya.
Dipaparkan, Sahri, Dari luas lahan pertanian 113.458,14 Ha. Lombok Timur mendapatkan alokasi pupuk subsidi dengan uraian :
– Urea dari kebutuhan berdasarkan e-RDKK sebanyak 37.047 ton yang bisa teralokasi sebanyak 17.961 ton sehingga persentasi yang bisa dipenuhi sebesar 48,84%;/
– NPK kebutuhan berdasarkan e-RDKK sebanyak 52.408 ton yang bisa teralokasi sebanyak 15.848 ton sehingga persentasi yang bisa dipenuhi sebesar 30,42%;/
– sementara NPK Formula kebutuhan berdasarkan e-RDKK sebanyak 259 ton yang bisa teralokasi sebanyak 275 ton sehingga persentasi yang bisa dipenuhi sebesar 106,18%./
“Kekurangan-kekurangan ini diperlukan kecerdasan petani kita agar sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya terhadap pemakaian pupuk anorganik tersebut,” paparnya.
Disebutkan, Sahri, Solusi itu Pertama dengan sistem baru saat ini, Dimana awalnya dilakukan rapat kelompok sesuai dengan e-RDKK, sepanjang petani yang ikut rapat dengan hasilnya dinas Pertanian dan Peternakan Lotim, sebatas mengusulkan selebihnya alokasi berapa yang turun itu adalah wewenang dari pemerintah pusat.
“Jadi diharapkan petani yang tidak cukup dengan pupuk subsidi, maka dia nambah dengan pupuk non subsidi,” terangnya.
Kedua, Diharapkan petani jangan bergantung pada pupuk anorganik, dimana menurut Kadis Pertan itu pupuk anorganik itu tidak bagus untuk lahan kecuali hanya untuk star awal saja.
“Sehingga pupuk subsidi yang 40% itu sudah cukup untuk stater awal pada lahan, selebihnya silahkan gunakan pupuk organik yang setiap saat tersedia di kelompok tani yang sudah dibina untuk memproduksi pupuk organik tersebut,” lanjutnya.
Ketiga, Tahap sosialisasi dengan membomingkan istilah biosaka dimana dapat mencukupi kekurangan pupuk 55% tersebut. Dengan meremas-remas 7 jenis semak kemudian disaring dan bagus untuk digunakan sebagai pupuk
“Petani kita perlu didik dari sekarang agar jangan terlalu bergantung pada pupuk anorganik,” tegasnya.
Untuk bisa bisa keluar dari masalah kekurangan pupuk anorganik ini, Sahri mempertegas Petani harus melakukan 3 hal di atas supaya tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil produksi pertaniannya. Karenanya petani sekarang ini dituntut untuk menjadi petani maju, mandiri, dan modern. Jadi tidak selamanya kelompok tani itu jalan ditempat melainkan harus maju dengan tidak mengharapkan bantuan dari pemerintah terus tetoniapi harus punya kemampuan supaya mandiri.
“Intinya kekurangan-kekurangan pupuk subsidi ini hanya bisa dilakukan dengan pupuk non subsidi, pupuk organik, dan dengan biosaka,” tegasnya.
Terkait dengan pembagian kartu tabungan dari Bank BNI 46, Sahri menyebutkan ada sebanyak 120.000 lebih yang akan diberikan kartu kepada para petani dalam bentuk rekning bank BNI 46, Dimana sampai saat ini yang terealisasi dan baru diterbitkan rekning itu sebanyak 6.000 lebih. Dimana petani menganggap itu seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), jadi Rekning yang dibagikan Itu bukan seperti BLT melainkan sebagai alat untuk menyimpan biaya pupuk petani, bilamana nanti saatnya sudah dibutuhkan, itu dipakai belanja membeli pupuk.
“Rekning itu bukan sebagai alat penerima bantuan, melaikan sebagai alat untuk menyimpan dana, jika sudah butuh tinggal digesek saat membeli pupuk,” terangnya.
Padahal jauh sebelumnya, Kata Sahri, sudah disosialisasikan karena masyarakat ini sudah terbiasa menerima bantuan, sehingga masyarakat petani salah pengertian dengan pemberian buku rekning BNI 46 tersebut.
“Makanya kami minta pada pihak bank saat membagikan buku tabungan tersebut, pihak bank memberikan pengertian pada masyarakat petani penerima buku tabungan BNI 46 tersebut,” tutupnya