Lotim sergapye— – Pondok Pesantren (Ponpes) Islam Ibnu Mas’ud Putra Surya Wangi, Labuan Haji, Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Kembali melaksanakan kegiatan Perkemahan Bakti Sosial (Baksos) yang berlangsung di bukit Pergasingan Desa Sembalun, kaki gunung Rinjani.
Ketua Panitia Pelaksana Abdullah Muinudin, saat ditemui wartawan di Sembalun, Jumat (24/6) mengatakan. kegiatan ini berlangsung selama tiga hari terhitung dari tanggal 21 hingga 23 Juni 2022 diikuti sekitar 100 an santri putra.
“Alhamdulillah pada tahun ini, kami bisa lagi melaksanakan ekspedisi Camping bareng sekaligus kegitan baksos. yakni, Client Up di bukit Pergasingan”, Tutur Ustadz Muin sapaan akrabnya.
Kegiatan ini rutin dilaksankan setiap satu tahun sekali yang bisa dilakukan sebagai penutup tahun ajaran di popnas tersebut. Sebelumnya juga kegiatan seperti ini pernah dilakukan di bukit sapana Dan daun dan disalah satu camping ground yang ada di Lotim.
“Kegiatan ini rutin kami lakukan satu tahun sekali, kali ini di bukit Pergasingan. Tahun lalu di bukit sapana Dandaun”, ujar Muin.
Ada beberpa tujuan dari ekspedisi ini lanjut Muin, bahwa pihaknya menginginkan para siswa SMP dan SMA Islam Ibnu Mas’ud. Yang pertama adalah, mereka bisa menjadi seorang muslim yang melihat diantara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.
Bisa tafakur alam, melihat tanda-tanda kekuasaan Allah. Sehingga dengannya mereka bisa menjadi pribadi muslim yang kuat.
“Karena muslim yang kuat itu lebih dicintai Allah, dibandingkan dengan muslim yang lemah”, tegas Muin.
Kemudian poin kedua yang ditargetkan ke para siswanya adalah, sambung Muin. Bisa menjadi pendaki mencintai alamnya sendiri, bukan sebagai pendaki yang tidak peduli dengan lingkungan ketika mereka naik ke bukit maupun gunung.
Dan tentu mereka menjadi santri yang peduli dengan lingkungan. “Sehingga kami sisipkan juga bersih-bersih sampah diatas, bahkan sampahnya kita bawa pulang. Agar mereka memiliki rasa tanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya”, jelas Muin.
“Alhamdulillah, kita juga bisa memberikan ilmu alam ke mereka dan menjadi seorang santri yang kuat”, imbuhnya.
Pada dasarnya, katanya lebih lanjut. Didalam kegiatan ini pihaknya sudah doktrin dari awal ke santrinya, bahwasanya kegiatan camping ini dilanjutkan dengan baksos.
Bakso diwujudkan dengan client up, sehingga dengan berjalannya bakso tersebut. Ia tidak menapakkan ada saja anak-anak yang terkadang memang backgroundnya manja, tidak suka dan merasa keberatan.
Muin, Bersama teman-teman panitia dengan tekad Bismillah bisa lakukan itu, dan ia pun tetap memberikan edukasi dan arahan-arahan. “Sehingga mereka yakin dan percaya, kalau sampah itu kita bawa turun. Kita menjadi orang yang bertanggung jawab, kita mejnadi orang yang cinta terhadap lingkungan kita”, pungkas Muin.
“Karena siapa pun kita, sampah kita maka yang bertanggung jawab untuk membawa sampah itu kembali kita sendiri”, ucapnya.
Dalam hal ini, para santri tidak merasa keberatan. Bahkan mereka merasa senang memungut dan membawa sampahnya kembali. Dan bukan hanya saat ekspedisi saja ditanamkan rasa tanggung jawab untuk cinta lingkungan.
“Bahakan di ponpes pun kami selalu ingatkan para santri, dimana pun kita berada, kami selalu tanamkan rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya bukan hanya saat ekspedisi”, akunya.
Kedepannya ia berharap, kolaborasi dengan stakeholder yang ada. Yakni
pengelola bukit, lembah yang peduli terhadap lingkungan dan instansi terkait. Untuk melakukan kegiatan yang sama, karena edukasi lingkungan sangat penting bagi para santri ponpes tersebut.
“Kita harapkan, ada lembaga yang mau mau kerja sama dengan ponpes kami untuk melakukan hal yang sama. Bukan hanya sekedar camping, tapi lebih dari itu”, harap Muin.
Sementara itu, Subari salah satu sebagai pengelola bukit Pergasingan mengapresiasi kemah bareng disertai bakos oleh para santri dan ustadz Ponpes Islam Ibnu Mas’ud.
Pasalnya jarang sekali kelompok pendaki mempunyai inisiatif melakukan kegiatan seperti itu. “Kami dari pengelola sangat bangga dengan apa yang dilakukan para santri, terutama bersih-bersih di bukit”, ucapnya.
Hal tersebut, patut ditiru oleh semua pihak karena bukit tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab para pengelola. Tapi itu menjadi tanggung jawab bersama.
“Ini patut kita contoh, dan menjadi informasi kita semua. Yakni edukasi penjaga dan mencintai lingkungan sejak dini”, ujar Be’i.
Terutama lembaga pendidikan yang ada, bisa melakukan hal yang sama. Karena Selain membentuk karakter anak didik akan cinta lingkungan, juga menumbuhkan kesadaran kepada pribadi diri anak itu sendiri agar bisa bertanggung jawab.
“Bahwa gunung atau bukit bukan tempat kita membuang samapah, dan paling tidak kita bisa membawa sampah kita sendiri pulang”, tutupnya.(ros)